Rabu, 20 Mei 2009

Ulama Yang Berani Memanggul Senjata

Tak mudah menemukan sosok ulama, tapi juga hartawan sekaligus pejuang. Ulama yang satu ini, ternyata memiliki keberanian yang luar biasa. Bukan saja kemampuannya menyampaikan tausiah atau berfatwa, tapi juga keberaniannya dalam memanggul senjata. Tak pernah gentar berhadapan dengan lawan. Piawai dalam mengatur strategi dan teknik perang. Ia menjadi mujahid, ia menjadi dermawan, ia juga ulama yang memiliki berbagai disiplin ilmu. Namanya sudah tak asing lagi bagi kita, Abu Abdurrahman Abdullah bin Mubarak bin Wadhih al-Handzaly at-Tamimi, tokoh generasi tabi'in yang terkenal dengan keshalihannya dan ilmunya. Ibnu Mubarak dilahirkan di sebuah kota wilayah Khurasan bernama maru. Pada masa khalifah Umayyah, Hisyam bin abdul Malik. Imam Ahmad bin Hanbal berkisah panjang lebar tentang sosok yang satu ini. "Abdullah (Ibnu al-Mubarak) dilahirkan pada tahun 118 Hijriah. Beliau lahir dari keluarga yag sangat wara' dan bertaqwa kepada Allah 'Azza wa Jalla. Bapaknya seorang berkebangsaan Turki, sedang ibunya putri seorang saudagar kaya dari Hamadzan, keturunan Bani Khanzhalah. Mereka telah memperbaiki makanan yang masuk ke dalam perut mereka, dan sedikitpun mereka tak membiarkan mulut mereka tersentuh sesuap makanan syubhat, apalagi haram. Maka Allah pun memperbaiki keturunan mereka. Tiada anugerah yang paling berharga bagi seorang Muslim kecuali seorang anak yang shalih, alim, mujahid, yang namanya tetap harum sampai abad ini."
Ibnu Mubarakadalah seorang yang beruntung bisa merasakan masa-masa kejayaan Dinasti Abbasiyya. Di zaman itu berkembang pesat berbagai didiplin ilmu, mulai dari Fiqih, Hadist dan Sastra. Tercatat beberapa ulama besar yang hidup aat itu seperti Imam Al Auza'i, Sufyan at Tsauri, Imam Malik, dan Imam Abu Hanifah, serta beberapa ulama besar lainnya. Ibnu Mubarak melakukan perjalanan mencari ilmu ke seluruh penjuru jazirah Arab, Yaman, Syam, Hijaz, Bashrah, Kuffah dan Mesir adalah negeri-negeri yang pernah didatanginya.
Dan yang membuat pribadi agung ini lebih istimewa adalah peranannya di medan jihad. Adalah Ibnu Mubarak semasa hidupnya berkali-kali terlibat dalam peperangan. Ibnu Mubarak memiliki keyakinan manisnya iman hanya bisa didapat dengan berjihad di jalannya. Dalam kitab Siyar al-A'lam an-Nubala diceritakan bahwa pada sebuah peperangan antara kaum Muslimin melawan Romawi, Jawara Muslimin gugur di tangan seorang jawara bertubuh tinggi besar. Setelah itu tak ada lagi tentara Muslimin yang berani menyambut tantangan san jawara dari Romawi itu. Tiba-tiba, di antara keheningan tersebut, majulah salah seorang penunggang kuda dengan gagah perkasa menyambut tantangan sang jawara. Duel pun dimulai. Pertempuran tersebut sangan menetukan mental tempur prajurit masing-masing pihak. Akhirnya pertarungan itu dimenangkan sang penunggang kuda. Sang penunggang kuda tersebut tak lain adalah sang alim Ibnu al-Mubarak. Hanya dalam beberapa detik, dengan kemenangan tersebut, bangkitlah semangat tempur kaum Muslimin.
Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, menyebutkan bahwa Ibnu Mubarak memiliki modal sekitar 400 ribu Dinar. Jumlah yang sangat banyak pada waktu itu. Modal itu ia kembangakan untuk berbisnis di beberapa negeri yang ia kunjungi. Dari keuntungan bisnisnya yang berkisar sekitar 100 ribu Dinar itu ia infakkan semuanya di jalan Allah. Al Abbas ibn Mush'ab berkata, "Abdullah (Ibnu al-Mubbarak) menguasai ilmu hadist, fiqh, bahasa Arab, sejarah, sekaligus seorang yang pemberani, dermawan, dan saudagar yng sukses. Dan wafat pada tahun 181 Hijriah (797 Masehi), di masa khalifah Abbasiyyah, Harun ar-Rasyid.
Dunia Islam benar-benar merindukan lahirnya ulama seperti Ibnu Mubarak. Ulama yang mempunyai berbagai kemampuan, hafalan yang kuat, saudagar kaya serta keberaniannya yang menkjubkan di medan perang. Wallahu A'lam Bis Shawwab..

sumber: SwaraQuran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar